Monumen Palagan Ambarawa merupakan objek wisata yang menjadi simbol untuk mengenang sejarah Pertempuran Palagan Ambarawa. Pertempuran Palagan Ambarawa terjadi pada tanggal 12 Desember 1945 hingga 15 Desember 1945. Monumen ini terletak di Jl. Mgr. Sugiyopranoto, Panjang Lor, Kelurahan Panjang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Monumen ini dibangun pada tahun 1973 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 15 Desember 1947.

Sumber : https://bob.kemenparekraf.go.id/37192-monumen-palagan-ambarawa-simbol-ketangguhan-pejuang-zaman-penjajahan/


Apa yang melatarbelakangi Pertempuran Palagan di Ambarawa?

Pertempuran Palagan Ambarawa merupakan sebuah peristiwa perlawanan Tentara Indonesia terhadap Tentara Inggris yang terjadi di Ambarawa. Peristiwa ini berawal pada tanggal 20 Oktober 1945, dimana Tentara Sekutu yang saat itu dipimpin oleh Brigadir Bethell mendarat di Semarang. Kedatangan Sekutu ini diwakili oleh Tentara Inggris yang bertujuan untuk mengurus tawanan perang dan Tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah. Awalnya kedatangan Sekutu ini disambut baik oleh masyarakat Indonesia. Bahkan Mr. Wongsonegoro yang menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah saat itu, bersedia menyediakan bahan makanan dan keperluan lain untuk Sekutu dalam menjalankan tugasnya. Sebagai gantinya Sekutu berjanji tidak menganggu kedaulatan Republik Indonesia.

Namun ternyata pasukan Sekutu diboncengi oleh NICA (Nederland Indische Civil Administration) mempersenjatai bekas tawanan perang. Lalu pada tanggal 26 Oktober 1945 terjadilah pertempuran antara TKR (Tentara Keamanan Rakyat) melawan Sekutu di Magelang. Pada Tanggal 2 November 1945, Presiden Soekarno datang untuk meredakan suasana pertempuran di Magelang. Melalui perundingan dengan pasukan Sekutu maka tercapailah kesepakatan yang tertuang dalam 12 pasal, salah satu diantaranya berbunyi bahwa Pasukan Sekutu tidak akan mengakui aktivitas-aktivitas NICA pada badan-badan dibawahnya. Namun, ternyata Sekutu mengikari janji.


Terjadinya Pertempuran Palagan Ambarawa

Tanggal 20 November 1945 : Terjadi pertempuran di Ambarawa yang dipimpin oleh Mayor Sumarto melawan Sekutu.

Tanggal 21 November 1945 : Tentara Sekutu yang berada di Magelang ditarik mundur ke Benteng Ambarawa. dalam pengunduran Tentara Sekutu diserang oleh TKR yang dipimpin oleh Androngi. Pasukan TKR berhasil merebut Desa Pingit dan desa-desa sekitarnya yang saat itu diduduki Sekutu.

Tanggal 22 November 1945 : Terjadi peperangan dan pengeboman di dalam kota oleh Sekutu. TKR bersama pasukan pemuda Boyolali, Salatiga, dan Kartosuro bertahan di kuburan Belanda (Kerkhoff) yang berada di Ambarawa. Sehingga membentuk garis medan perang sepanjang rel kereta api yang membelah Kota Ambarawa.

Batalion Imam Androgi meneruskan penyerangan yang dibantu dengan Batalion 10 Divisi III yang dipimpin oleh Suharto, Batalion 98 pimpinan Mayor Sajono, dan Batalion Sugeng yang merupakan pasukan berasal dari Yogyakarta. Karena Sekutu mencoba mematahkan penyerangan TKR Indonesia, dengan mengadakan gerakan melambung dan mengancam kedudukan Bangsa Indonesia. AKhirnya pasukan Indonesia mundur ke Bedono dan musuh berhasil tertahan di daerah Jambu.

Di Desa Jambu, diadakanlah rapat koordinasi oleh para komandan yang dipimpin oleh Kolonel Holland Iskandar. Sejak saat itu Ambarawa dibagi menjadi 4 sektor yaitu, sektor Utara, sektor Selatan, sektor Barat, dan sektor Timur. Penyerangan terhadap Sekutu pun dilakukan secara bergantian.

Tanggal 26 November 1945 : Letkol Isdiman yang merupakan pimpinan TKR Purwokerto gugur dan digantikan oleh Kolonel Sudirman. Kolonel Sudirman inilah yang mencetuskan untuk mengunakan taktik Supit Urang. Taktik Supit Urang adalah teknik penyerangan dari dua sisi yang bertujuan membuat musuh terperangkap.


Sumber : https://sejarahlengkap.com/indonesia/peristiwa-ambarawa

Tanggal 5 Desember 1945 : Pasukan Indonesia berhasil menduduki Desa Banyubiru dan mengalahkan musuh. Desa Banyubiru merupakan garis pertahanan terdepan.

Tanggal 12 Desember 1945 : Pasukan TKR Indonesia melancarkan taktik Supit Urang dan bergerak menuju sasaran masing-masing. Dalam waktu setengah jam, pasukan TKR Indonesia berhasil mengepung musuh di tengah kota. Pertahanan terkuat musuh berada di Benteng Willem yang terletak di tengah Kota Ambarawa. Pertempuran terjadi selama 4 hari 4 malam. Sekutu masih mencoba melaukan pertempuran dengan kondisi kedudukannya terjepit dan terkepung oleh Pasukan Indonesia.

Tanggal 15 Desember 1945 : Pada akhirnya Sekutu mundur ke Semarang dan ini menjadikan tanda kemenangan Pasukan Indonesia di medan perang Kota Ambarawa.

Untuk mengenang pertempuran yang terjadi di Ambarawa, maka tanggal 15 Desember diperingati Hari Infanteri dan dibangunlah Monumen Palagan Ambarawa untuk mengenang jasa para pahlawan.



Monumen Palagan Ambarawa Masa Kini

Monumen yang terletak di Panjang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang ini menjadi ikon bagi Kota Ambarawa. Dibangunnya monumen ini menjadi gambaran betapa besar pengorbanan para pahlawan untuk mempertahankan kedudukannya di Ambarawa dan mempertahankan kesatuan NKRI. Monumen ini juga difungsikan sebagai objek wisata bersejarah bagi masyarakat umum. 

Monumen Palagan dibuka pada pukul 07.00 pagi hingga pukul 17.00 sore. Tiket masuk yang dikenakan sangat terjangkau, dengan membayar Rp 7.500 sudah bisa berkunjung ke monumen ini. Di monumen ini juga terdapat fasilitas seperti Museum Isdiman, mushola, toilet, taman, taman bermain, dan juga tempat beristirahat dan bersantai bagi para pengunjung.


Sumber : https://museum.co.id/directory-museum/listing/museum-isdiman/


Museum Isdiman yang ada di dalam Monumen Palagan Ambarawa ini didirikan untuk mengenang jasa Letkol Isdiman yang gugur saat pertempuran. Jika memasuki Museum Isdiman ini maka Anda akan melihat lukisan-lukisan dan maket teknik supit urang , pakaian, senjata, dan meriam yang digunakan saat perang. Selain itu, juga terdapat pesawat, tank dan gerbong kereta yang berada di area taman Monumen Palagan Ambarawa.


Sumber : https://jatenglive.com/tampil-berita/Mengintip-Sejarah-Di-Monumen-Palagan-Ambarawa


Selain itu, terdapat juga monumen berbentuk tugu dibelah dengan hiasan segilima dan gambar garuda di dalamnya. Tugu itu dibangun dengan ketinggian 17 meter yang melambangkan angka 17 sebagai tanggal kemerdekaan NKRI. Sementara jarak antar dua buah tugu tersebut adalah 0,8 meter, dimana angka 8 melambangkan bulan kemerdekaan NKRI. Panjang keseluruhan monumen itu adalah 45, dimana melambangkan tahun Indonesia merdeka yaitu Tahun 1945.

Di sebelah kanan tugu, terdapat patung Jenderal Sudirman yang digambarkan berdiri tegak sebagai perwira TKR dengan membawa samurai dipinggang kiri dan pistol dipinggang kanan. Patung ini melambangkan sifat keteguhan dan ketabahan hati dalam menghadapi kesulitan dalam mengabdikan diri sebagai Bayangkara Negara. 

Di bagian tengah, terdapat 3 patung yang menggambarkan kelompok Infantri. Dimana Letkol Isdiman berada ditengah dengan mengangkat bendera kemenangan dan didampingi oleh dua patung prajurit lainnya yang siap dengan senjata mereka. Patung ini melambangkan kesiapsiagaan mempertahankan Negara dari setiap usaha untuk mengancurkan negara dari manapun datangnya.

Di bagian kiri terdapat patung Jenderal Gatot Subroto yang berdiri tegak tanpa penutup kepala sebagai perwira TKR. Patung ini melambangkan kekerasan hati, keberanian yang dilandasi suatu kebijaksanaan dalam melaksanakan tugas-tugas negara.


Sumber : https://www.skanaa.com/berita/palagan-ambarawa-saat-tkr-bikin-muka-sekutu-merah-padam/


Dibagian bawah monumen terdapat relief yang menggambarkan 6 garis besar peristiwa terjadinya Pertempuran Palagan Ambarawa. Relief tersebut menggmbarkan adegan Proklamasi, adegan Indonesia bangkit, adegan perebutan senjata, adegan pendaratan sekutu, adegan terjadinya pertempuran Palagan Ambarawa, dan tentu saja adegan kemenangan atas sekutu.

Monumen Palagan Ambarawa ini merupakan objek wisata yang sangat menarik sekaligus menambah ilmu pengetahuan bagi para pengunjungnya. Karna bagaimanapun, perjuangan para pahlawan kita dimasa lalu sangat berarti dan berjasa bagi Indonesia di masa sekarang. Ada baiknya, kita sebagai generasi muda tidak melupakan sejarah dan menghargai jasa para pahlawan yang rela berjuang demi kemerdekaan bangsa. 

Ayo dolan nang Kabupaten Semarang!



Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Lomba Blog Pesona Wisata Kabupaten Semarang  www.kabsemarangtourism.id